Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Dampak Sosial Media Bagi Kesehatan Mental

            Pada awal Oktober 2019 kemarin kita mendengar mantan personil girlband F(x) sekaligus artis Korea Sulli ditemukan tidak bernyawa di kediamannya di   kawasan Seongnam, Provinsi Gyeonggi, Seoul Selatan. Sulli ditemukan oleh seseorang yang merupakan salah satu anggota dari agensinya sendiri, yaitu SM Entertainment.             Apakah ada kaitannya kematian Sulli dengan permasalahan mental dan media sosial? Ya, tentu saja ada kaitannya. Sejak kasus kematian Sulli mulai muncul di permukaan, banyak media yang mengaitkan kematian artis cantik Korea ini dengan kejamnya kehidupan media sosial. Hampir dari semua pemberitaan di lini masa baik media cetak maupun yang tersebar secara daring menampilkan pemberitaan Sulli dengan melibatkan para netizen yang diduga ikut menjadi penyebab bunuh dirinya Sulli.             Seperti halnya situs berita daring tirto.id yang menampilkan pemberitaan yang di publish pada tanggal 17 Oktober 2019 dengan judul yang bertajuk “Bunuh Diri Sull
Pangkalpinang 3 Desember 2019             Jangan pernah untuk menjadi bunglon sosial!! “Jujurlah terhadap diri sendiri dengan tidak menjadi bunglon-bunglon sosial – Daniel Goleman” Mungkin pernah diantara kita, apakah itu kamu atau saya yang mencoba untuk menyenangkan hati orang lain, menirukan orang lain, atau berpura-pura nyaman ketika berada di sebuah kelompok pertemanan.   terkadang dalam pergaulan sosial, tidak jarang dari kita memiliki “Circle of Friends” atau lingkaran pertemanan yang berbeda. Tidak hanya berbeda, bahkan mungkin saling bertolak belakang dengan kelompok satu dengan kelompok lainnya ketika kita melakukan kontak sosial di dalamnya, dan hal itu menjadi situasi yang canggung dalam obrolan yang kemudian menjadikan diri kita seorang bunglon sosial. Seorang bunglon sosial akan membohongi dirinya sendiri, dengan cara dia merasa nyaman di dalam pergaulan sosial dengan memenuhi ekspektasi lawan komunikasinya. Tetapi, terkadang mereka mengalami perang yang se

Gadis Padei (Sebuah risalah gadis Bangka)

Allahuakbar Allahuakbar... Allahuakbar Allahuakbar... Terdengar samar-samar suara adzan subuh yang sedang berkumandang, memecah gelapnya malam hingga menembus lelap tidurku. Aku bergegas berangkat dari tempat tidurku sembari meraba kacamata yang berada tepat di atas meja belajarku, menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan menunaikan sholat subuh. Di dapur, aku melihat ibu yang sedang membakar kayu yang ia ambilkan di hutan sore kemarin, kayu yang ia gunakan untuk memasak sehari-harinya. Dengan senyuman kecil ibu melontarkan sepatah kata kepadaku. “ selamat pagi anak gadis emak? ” aku hanya membalas perkataan ibu dengan senyuman kecil juga yang membuat otot-otot wajahku bekerja di pagi ini. Oh ya, nama ku Wulan. Aku dilahirkan oleh seorang mailakat tanpa sayap tepat 16 tahun yang lalu di tanah Wangka. Ketika usiaku 2 bulan bapak meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Bapak meninggal ketika tertimbun pasir ketika sedang berada di kolong TI (Tambang Inkonvensional)